Minggu, 17 April 2011

sabar....


Mungkin aku yang harus belajar banyak dengan keadaan ini, ngak setiap keadaan yang bisa disama ratakan, sehingga aku menuntut ini itu, yang ku yakin lama-lama kamu juga akan bosan mendengarnya. Aku tak ingin seperti itu, membebani orang lain karena diriku. Aku lebih suka merasakannya sendii, lalu berfikir dan menentukannnya. Yah,,, dari pada apa yang aku maksudkan kamu tak mengerti dengan itu. Kamu lebih suka muncul beberapa saat, menggantungkan kebahagiaan itu. Dengan beberapa menit gaya tarik bibirku bekerja kesamping, lalu yah… kembali ke posisi semula dengan mengerut.
Kamu tahu. Aku sangat menyedihkan. Paham… paham… pahami keadaanmu. Dengan keterbatasan waktu aku juga ingin di pahami. Mengapa kau usik hatiku kalau hanya untuk mengalun-alunkan kata-kata cinta saja. Rasakan kesedihan dan kegembiraanku bersamamu.
Namun aku tak ingin mengeluhkan segalanya. Aku ingin mengerti kamu. Ingin tak mengusik waktu liburanmu. Siapa aku???
Oke anak muda sekarang kalau kau merasa tak ingin mengusiknya, jangan lagi salahkan dia dengan waktu yang sekarang. Biarkan dia nikmati liburannya. Lebih baik… cuci muka mu sana, masih ada iler di bagian bawah bibirmu…
 

Sabtu, 16 April 2011

About Sixteen


Hujan terlalu pagi datang hari ini, belum sempat matahari ku keluar dari peraduannya. Pukul 05.00 wib, alarm ku pun berbunyi. Tak seperti biasanya hari ini belum ada sapaan pagi untukku. Ku tau mungkin di langitnya disana juga tercurah hujan, yang menimbulkan kedinginan yang sangat sehingga kembali hatinya tak beranjak dari sepotong kasur dengan selimut tebal yang hamper 2 bulan terakhir tidak dipakainya. Aku disini, sejak subuh tadi, berbaring-baring malas tanpa tahu apa yang harus ku lakukan. Haruskah aku tidur lagi, tapi tidur sesudah subuh, membuatku merasa menyesali pagi yang indah yang seharusnya ku nikmati. Tapi matahariku sepertinya malas pagi ini, tetap dalam sendunya pagi dan tertutup awan putih yang penuh kesenduan.
Ingin segera ku beranjak ke dapur dan menyeduh kopi Nescafe Cream kesukaanku, namun batang korek api yang biasaku gunakan basah, sepertinya semalam hujan begitu deras dan atap rumah yang memang sudah tua itu tak lagi mampu menahan derasnya air. Ada beberapa lobang kerapuhan yang memerah dan ditembusnya, sehingga terdapat beberapa genangan di dapur. Segera ku ambil kain pel dan me-lapnya.  Lalu ku bawa korek api yang basah itu dank u angin-anginkan ditepi jendela. Ku segera berharap, matahariku muncul dengan kecerahan yang menghapus mimpi-mimpi burukku semalam.
Mimpi-mimpi itu kembali teringat. Mimpi tentang suatu kelupaan. Matahariku lupa untuk bersinar hari ini. Sepertinya itu menjadi kenyataan di pagi ini. Matahariku belum muncul juga, padahal di laptop Compaq-ku sudah menunjukkan pukul 8:35.
Kemana dirimu matahariku. Lupakah akan hari ini, hari dimana kau muncul dalam hidupku dan selalu menyinariku. Akan ku tunggu sampai kau kembali muncul.
Sepertinya korek api itu mulai mongering, mungkin sudah bisa menyala. Aku akan beranjak ke dapur sebentar. Akan ku seduh kopi 2 cangkir. Berharap saat aku selesai menyeduhnya matahariku muncul dan kami bisa menikmatinya bersama. 





Pagi sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB. Ku beranjak dari tepi jendela, setelah sejaman terakhir duduk menghabiskan secangkir kopi sambil memandangi kopi yang secangkir lagi masih penuh dan mulai dingin.
“sudahlah… mungkin memang lagi malas saja”, pikirku. Aku segera beranjak ke tempat cucian. Mulai mengaduk-ngaduk cucian menggosok dan membilasnya. Sejenak kesibukanku seperti main-main air saja, maklum cucian tidak terlalu banyak. Setelah selesai, segera ku hamparkan di tali jemuran, walaupun waktu itu masih saja gerimis-gerimis kecil, berharap nanti matahariku muncul.
Siang ini, sedikit cahanya mulai tampak. Tau kah kau matahariku, senyumku langsung merekah. Hari ini tak sia-sia cucianku ku hamparkan, namun kopinya sudah dingin. Ku harap kamu mau menungguku untuk mempersiapkan makan siang kita. Tapi belum aku menyelesaikan masakanku, kamu kembali hilang. Hujan kembali turun. Tahukah kamu aku menangis  sendiri menghabiskan sedikit makan siangku. Aku masih menyisakannya di bawah tudung saji untuk makan malam kita.
Sabtu, 16 April 2011, aku ingin sesuatu membahagiakanku. Sudah pukul 20.00 Wib. Aku baru saja sampai dirumah setelah beraktivitas di organisasi kampus yang ku ikuti 2 tahun belakangan ini. Aku berharap, matahariku sampai di rumah lebih dulu dan menungguku. Tapi saat langkahku tiba di pintu rumah, rumah masih saja terkunci seperti saat ku tinggalkan setelah makan siang tadi. Ku buka kunci, segera ku benahi diri, harapanku kamu akan muncul setelah aku rapi.
Dan harapan ku terkabul, setelah tadi sedikit cahayamu di siang hari lalu kemudian hilang, kamu datang malam ini dengan sedikit kabar, namun itu sangat menggembirakanku. Tentu saja, sangat menggembirakan bagi orang yang kehilangan sepertiku. Segera ku persilakan matahariku duduk dan ku hidangkan makan malam kami.
“Selamat malam matahariku… “ tegurku sambil ku hidangkan makan malam itu.
“selamat malam bulan, kamu tampak cantik malam ini.. “, sambutmu hangat kepadaku.
Aku tahu kamu ingin selalu senyum untukku. Tapi apa kamu tak merasakan hatiku. Telah kucoba untuk membuatmu mengerti aku, tapi sepertinya kamu malam ini sangat lelah. Aku pun lelah, seharian aku di luar sana, menyibukkan diri untuk mengeringkan air mata kesedihanku, kesedihan merindukan matahariku. Tapi melihat senyummu mala mini, cukup untukku.
            “ Matahariku.. istirahat lagi ya.. “, sambil ku senyum.
            “iya sayang,,, aku istirahat ya.. nanti kalau smsmu ngak ku balas, berarti aku tertidur ya” tulismu di SMS yang ku baca di hapeku.
Hari ini kamu sungguh jauh sayang. Kamu matahariku. Aku membayangkan menyeduh kopi untukmu, menyiapkan makan siangmu, berhadapan makan malam denganmu. Sungguh ku merasakan itu. Tapi apakah kamu di sana juga merasakannya. Aku berharap, cukup 16 April 2011 ini saja kamu seperti ini, tak bersinar di duniaku. Semoga enam belas- enam belas berikutnya kamu bersinar di duniaku. 

Kamis, 14 April 2011

masak.....

siang ini.. habis bikin tugas mutu dan keamanan pangan hasil ternak. aku masak..
ikan kecil2 + tempe cabe giling tangan... pasti enaknya..
apalagi ada yang muji.... hohohohoho senengnya...  I LOVE COOKING

Rabu, 13 April 2011

you

(some one say) :   Dunia bukan hanya untuk kamu saja. Rasa senang tu ngak buat kamu juga terus.. kenapa kamu resah saat sesuatu yang terjadi itu tidak sesuai dengan kehendak hatimu. Pikirmu dunia ini hanya untuk kamu.

Some one else  : ya mau gimana.. aku merasa di cuekin. Apa salahku. Salah kalau aku punya pacar.  Aku ngak punya pun di permasalahkan .. aku merasa aneh.. ya ku akui.. aku tak seperti temanmu yang punya duit.. bisa kemana2 denganmu. Suka senang2 beliin kamu ini itu. S***GW KESAAALLLL


Senin, 11 April 2011

bilo takana

Kenapa harus jujur..
Melangkah  tanpa beban atau hidup tanpa dosa. Saat ini langkah ku tertahan disudut bangunan tua yang telah berapa tahun ditinggalkan, mungkin sebentar lagi bangunan itu lapuk dimakan rayap. Ataukah masih kokoh karena tuahnya. Kini aku kembali terpaut dengan pikiran masa lampau. Saat ku harus tegar dengan keadaan.
Baru saja aku melangkah meninggalkan bangunan yang dikenal masyarakat minangkabau sebagai rumah gadang itu, tiba-tiba....”greek”...seperti pintu dibuka...ternyata rumah itu ada yang menempati. Tidak ada rasa takut menghinggapi. Seorang wanita tua, yang dengan ketuaannya mencoba turun dari tangga yang berjumlah 11 anak tangga itu.
“naiak lah nak..” sapanya ramah
Ku coba membantunya naik kembali. Dia mempersilahkan ku masuk menginjakkan kaki diatas kemegahan yag masih terjaga di rumah gadang tersebut. Takjub, dibalik kerapuhan yang terlihat diluar, ternyata di dalamnya terdapat berbagai macam pusaka. Hujan telah mempertemukan kami.
Putar balik keadaan..
Perjalananku untuk mengumpulkan data-data penelitian di jorong yang terletak dibawah kaki gunung Merapi....tiba-tiba hujan turun, dan aku menepi, merapatkan tubuh ke dinding anyaman bambu sebuah rumah gadang.
“uwak Rakinah,”katanya senyum memperkenalkan diri. Dengan ketuaaannya, dia masih menyimpan keramahan minangkabau yang sangat diagungkan.
“Indriwati, wak”, aku menyambut uluran tangannya yang sudah keriput, namun terlihat jelas ketegarannya. Sambil menunggu hujan reda, beliau mempersilahkanku mencicipi ubi rebus dari kebun dibelakang rumahnya, ditemani segelas teh manis yang hangat. Teh ini tidak hanya manis karena gulanya, tapi karena cerita yang aku dapatkan dan itu membuatku sadar akan kejujuran “hati” tentunya.
Nenek rakinah sekarang sudah berumur 78 tahun, ukuran umur yang sudah cukup tua untuk ukuran Indonesia. Dibaik gerak-geriknya yang masih terlihat kokoh, beliau memiliki masa lalu yang menurutku tidak jauh beda dengan kisahku.
Nenek rakinah dibesarkan dari keluarga yang memegang erat adat istiadat minangkabau, memiliki bapak yang bergelar DT.Rajo Ameh dan mamak Dt. Bapayuang Ameh, gelar yang sangat dihormati dan terpandang.
Menginjak dewasa, rakinah tumbuh menjadi gadis yang manis dan cantik. Menjadi bunga desa dan banyak pengagum rahasia. Namun zaman saat itu membuat rakinah hidup dalam tatanan adat yang menuntut perempuan selalu di rumah. Namun masih tetap boleh bersekolah.
Bersekolah membuatnya sedikit lega, bisa mengenal banyak pergaulan. Di sanalah dia bertemu Adit. Adit adalah laki-laki keturunan minangkabau tapi telah lama merantau di ibukota, dan kembali kekampung setelah berumur 20 tahun. 

balasan kata2 bijak seorang sahabat

ini telah lama terjadi... jauh sebelum ia datang... eji tolong ingat ya kata2mu dulu


Kenapa daun tidak juga rontok ji....padahal pohon sudah mengoyang-goyangkan ranting dan tertarik pada angin sore yang menurut daun akan membuat pohon makin rapuh dan gugur.sekarang daun tidak tahu,,apa akan merontokkan diri sendiri dengan menunggu musim gugur,,,it’s imposible ...sejak kapan indonesia mengalami musim gugur...
Sejak daun tumbuh terlarang di pohon itu...daun tumbuh dan besar pada pohon yang salah, bukan pohon yang tepat...karena mereka sama....it’s forbidden.
Kata-kata “ayank” tadi membuat daun  semakin lemah,layu dan menguning ditengah musim hujan yang telah melanda indonesia selama 6 bulan ini.
Apakah angin akan membahagiakan pohon tempatku bergantung selama ini, apa daun harus setia meski nanti jika pemanasan global sampai menyebabkan indonesia memiliki musim gugur.

the LEAder


Pelan namun pasti. Posisi itu pasti akan kudapatkan. Itu merupakan kata – kata motivasi bagi orang –orang yang sangat ambisius dalam kepemimpinan. Ambisius disini adalah orang yang dengan liciknya berusaha keras meraih apa yang ia inginkan tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya. Sehingga dalam pemikirannya, bagaimana dia mencapai kepemimpinan yang melingkupi segala hal, atau berada pada puncak kepemimpinan. Ambisius merupakan sifat kebanyakan pemimpin. Setiap manusia adalah pemimpin, pemimpin bagi dirinya dan orang lain yang berda dalam kekuasaannnya. Bagaimana sebenarnya kita memaknai jiwa kepemimpinan tersebut. Tidakkah kita selalu menagung-agungkan kepemimpinan Rasullullah yang tidak hanya mampu memimpin keluarganya, bahkan umat manusia sedunia. Bagaimana sifat seorang pemimpin yang dicontohkan Rasullullah. Mari kita renungi sesaat.
1.      Rasullullah berjiwa rendah hati dan tidak sombong.
Berada dalam lingkungan orang-orang yang mengaguminya tidaklah menjadikan Nabi Muhammad SAW sombong dan pogah untuk menunjukkan “inilah saya”. Karena itu semua tidaklah penting. Berada dalam kelompok yang terdiri dari beragam individu mungkin membuat seorang pemimpin merasa besar bisa membawahinya, namun Rasulullah tidak, beliau mendengarkan pendapat – pendapat orang lain, walaupun orang tersebut juka dilihat dari luar tidak memiliki kemampuan, bergaya urak-urakkan,”don’t judge a book by it’s cover”. Karena tidak selamanya orang yang kita pandang lemah berada dibawah dan tetap dibawah. Rasullullah tidak gila dengan pengakuan, beliau mengajarrkan kepemimpinan yang selalu sederhana, tidak malu meminta maaf kepada umatnya, mengakui kekurangannya, tidak menang sendiri. Walaupun nyata-nyata beliau adalah kekasih Allah, tapi beliau tetapramah.
2.      Rasulullah itu cerdas
Mungkin kalau sekarang, tingkatan kecerdasan itu dipandang dengan lulusan mana, indeks prestasinya, pokoknya seputar riwayat pendidikanya. Tapi bagaimana dengan Rasulullah yang tidak pernah mengecap pendidikan formal sebagaimana saat sekarang ini? Apakah Rasulullah bodoh? Tentu kita semua tahu, tidak mungkin seorang Rasulullah itu bodoh, dan berhasil memimpin jutaan umat manusia. Itu semua karena beliau cerdas.Allah menganugerahi beliau dengan kecerdasan walaupun kita mengetahui kalau beliau itu buta huruf.
3.      Rasulullah itu jujur dan amanah
Mengungkap kasus yang belakangan ini melilit negara Indonesia adalah tugas berat para pemimpin kita. Kasus yang seperti membuat tali temali antara yang satu dengan yang lain sehingga saling menyeret dan menjatuhkan. Itu semua karena hilangnya kata jujur dan amanah dari jiwa pemimpin kita. Bagaimana bisa , dua kekuatan keamanan dan kebenaran di negeri ini saling tuding dan menjatuhkan sehingga sekarang ini kita menjadi bigung, sebenarnya yang benar itu siapa. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena tidak ada lagi kejujuran dan sikap saling percaya antara pemimpin dengan yang dipimpinnya. Kedua-duanya takut diakali sehingga antar pemimpin dan bawahannya sama-sama atur strategi untuk menunjukkan eksistensinya. Pemimpin tidak jujur kepada rakyatnya, sehingga rakyat menjadi tidak percaya sehingga membuat kekuatan baru untuk menjatuhkan kepemimpinan tersebut. Mana ada orang yang mau diakali. Rasulullah menanamkan sifat tersebut pada diri umatnya untuk menciptakan keamanan. Sehingga dengan melihat kondisi saat sekaran kita menyadari bahwa kita sudah jauh dari rel kehidupan yang dikomandoi rasulullah, kita lupa akan dasar kita berpijak dulunya. Bagaimana kita sebagai pemimpin dapat berlaku jujur sehingga timbul kepercayaan pada masyarakat, itulah evaluasi bagi semua pemimpin kita dan diri kita sendiri sebagai pemimpin.
4.      Rasulullah tidak ambisius
Mungkin ini adalah sifat yang sangat jauh dari diri rasulullah, karena Allah senantiasa menjauhkannya dari sifat tercela. Meras selalu kekurangan merupakan sifat  manusia pada umumnya, tetapi kadang-kadang terlalu berlebihan, sehingga menjadikan segala apapun jalan untuk memudahkan jalannya meraih apa yang diinginkan. Ambisius bisa menjadkan seseorang rakus, pembohong, berkhianat dan segala macamnya dan berusaha menjadi musang berbulu domba disegala situasi. Rasulullah memperoleh semua yang yang dimilikinya adalah atas izin Allah sehingga beliau bersyukur dan qanaah. Semua yang beliau peroleh tidak menjadikan beliau ingin untuk menjadi pemimpin di tempat lainnya. Karena imej kepemimpinan yang beliau tanamkanlah yang menjadikan beliau selalu dijadikan panutan, bukan karena ambisi pribadi semata. Namun sekarang banyak sekali diantara kita sekarang ini yang menjadikan segala jalan sebagai batu loncatan untuk meraih segala hal. Banyak sekarang kita lihat pribadi kepemimpinan yang selau mengatur dan menganggap musuh orang-orang yang menghalangi jalannya, dan membuat segala tipu daya untuk mnjalankan niatnya. Diantaranya:
a.       Bersedia menjadi orang pengkhianat
Berada pada posisi bawah pada kepemimpinan, tidaklah menjadi suatu kesenangan baginya. Bagaiman ia bisa menjadi orang nomor satu, itulah yang dicita-citakannya. Berusaha mencari jalan, membuka jaringan yang menjadi kaki tangan dan sejalan dengan keinginannya sehingga periode mendatang dialah yang terpilih. Melupakan komitmennya dengan bawahannya demi membantu kepemimpinan yang diincarnya. Bahkan walaupun itu berseberangan, ciri-ciri orang seperti ini adalah bersikap egois dan menyalahkan pendapat orang lain.
b.      Bersedia menjadi orang yang rakus
Mengecap sedikit nikmat sebagai pemimpin, mungki fasilitas atau berbagai kemudahan lainnya, membuat orang ini selalu melihat ke “atas”, maksudnya tidak pernah puas dan selalu menginginkan lebih. Berusaha mencari posisi agar memantapkan langkahnya untuk bisa meraih posisi yang dia inginkan. Kalau belum bisa menjadi pemimpin disini, jadi bawahanpun dulu tidak apa-apa, lalu mencari dukungan. Tujuannya mencari kekuatan agar bisa bekerjasama dan dipandang.


c.       Bersedia menjadi orang yang buta
Orang yang memiliki sifat ambisius akan bersikap masa bodoh dengan apa yang terjadi dan apa yang dilihatnya. Kebenaran bukanlah hal yang penting lagi. Walaupun bertentangan dengan hati nurani, jadi orang yang terlalu ambisius harus melupakan kalau ia pernah menjadi manusia. Karena manusia memilki hati nurani yang masih memikirkan dan peduli dengan keadaan sekitar. Meletakkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi, bukan menyelipkan kepentingan pribadi diatas didalam kepentingan bersama yang nantinya akan mendominasi. Dan menjadikannya orang yang bertangan besi.
Mungkin masih banyak pelajaran kepemimpinan yang bisa kita ambil dari Rasulullah. Sebagian besar ini sudah diketahui oleh semua orang. Ini adalah sedikit tumpahan kekecewaan saya terhadap yang saya, teman-teman dan sebagian besar yang dialami orang lain yang menjadi korban akibat kembiusan sesseorang dalam kepemimpinan.