Pelan namun pasti. Posisi itu pasti akan kudapatkan. Itu merupakan kata – kata motivasi bagi orang –orang yang sangat ambisius dalam kepemimpinan. Ambisius disini adalah orang yang dengan liciknya berusaha keras meraih apa yang ia inginkan tanpa memperhatikan keadaan sekitarnya. Sehingga dalam pemikirannya, bagaimana dia mencapai kepemimpinan yang melingkupi segala hal, atau berada pada puncak kepemimpinan. Ambisius merupakan sifat kebanyakan pemimpin. Setiap manusia adalah pemimpin, pemimpin bagi dirinya dan orang lain yang berda dalam kekuasaannnya. Bagaimana sebenarnya kita memaknai jiwa kepemimpinan tersebut. Tidakkah kita selalu menagung-agungkan kepemimpinan Rasullullah yang tidak hanya mampu memimpin keluarganya, bahkan umat manusia sedunia. Bagaimana sifat seorang pemimpin yang dicontohkan Rasullullah. Mari kita renungi sesaat.
1. Rasullullah berjiwa rendah hati dan tidak sombong.
Berada dalam lingkungan orang-orang yang mengaguminya tidaklah menjadikan Nabi Muhammad SAW sombong dan pogah untuk menunjukkan “inilah saya”. Karena itu semua tidaklah penting. Berada dalam kelompok yang terdiri dari beragam individu mungkin membuat seorang pemimpin merasa besar bisa membawahinya, namun Rasulullah tidak, beliau mendengarkan pendapat – pendapat orang lain, walaupun orang tersebut juka dilihat dari luar tidak memiliki kemampuan, bergaya urak-urakkan,”don’t judge a book by it’s cover”. Karena tidak selamanya orang yang kita pandang lemah berada dibawah dan tetap dibawah. Rasullullah tidak gila dengan pengakuan, beliau mengajarrkan kepemimpinan yang selalu sederhana, tidak malu meminta maaf kepada umatnya, mengakui kekurangannya, tidak menang sendiri. Walaupun nyata-nyata beliau adalah kekasih Allah, tapi beliau tetapramah.
2. Rasulullah itu cerdas
Mungkin kalau sekarang, tingkatan kecerdasan itu dipandang dengan lulusan mana, indeks prestasinya, pokoknya seputar riwayat pendidikanya. Tapi bagaimana dengan Rasulullah yang tidak pernah mengecap pendidikan formal sebagaimana saat sekarang ini? Apakah Rasulullah bodoh? Tentu kita semua tahu, tidak mungkin seorang Rasulullah itu bodoh, dan berhasil memimpin jutaan umat manusia. Itu semua karena beliau cerdas.Allah menganugerahi beliau dengan kecerdasan walaupun kita mengetahui kalau beliau itu buta huruf.
3. Rasulullah itu jujur dan amanah
Mengungkap kasus yang belakangan ini melilit negara Indonesia adalah tugas berat para pemimpin kita. Kasus yang seperti membuat tali temali antara yang satu dengan yang lain sehingga saling menyeret dan menjatuhkan. Itu semua karena hilangnya kata jujur dan amanah dari jiwa pemimpin kita. Bagaimana bisa , dua kekuatan keamanan dan kebenaran di negeri ini saling tuding dan menjatuhkan sehingga sekarang ini kita menjadi bigung, sebenarnya yang benar itu siapa. Bagaimana itu bisa terjadi? Karena tidak ada lagi kejujuran dan sikap saling percaya antara pemimpin dengan yang dipimpinnya. Kedua-duanya takut diakali sehingga antar pemimpin dan bawahannya sama-sama atur strategi untuk menunjukkan eksistensinya. Pemimpin tidak jujur kepada rakyatnya, sehingga rakyat menjadi tidak percaya sehingga membuat kekuatan baru untuk menjatuhkan kepemimpinan tersebut. Mana ada orang yang mau diakali. Rasulullah menanamkan sifat tersebut pada diri umatnya untuk menciptakan keamanan. Sehingga dengan melihat kondisi saat sekaran kita menyadari bahwa kita sudah jauh dari rel kehidupan yang dikomandoi rasulullah, kita lupa akan dasar kita berpijak dulunya. Bagaimana kita sebagai pemimpin dapat berlaku jujur sehingga timbul kepercayaan pada masyarakat, itulah evaluasi bagi semua pemimpin kita dan diri kita sendiri sebagai pemimpin.
4. Rasulullah tidak ambisius
Mungkin ini adalah sifat yang sangat jauh dari diri rasulullah, karena Allah senantiasa menjauhkannya dari sifat tercela. Meras selalu kekurangan merupakan sifat manusia pada umumnya, tetapi kadang-kadang terlalu berlebihan, sehingga menjadikan segala apapun jalan untuk memudahkan jalannya meraih apa yang diinginkan. Ambisius bisa menjadkan seseorang rakus, pembohong, berkhianat dan segala macamnya dan berusaha menjadi musang berbulu domba disegala situasi. Rasulullah memperoleh semua yang yang dimilikinya adalah atas izin Allah sehingga beliau bersyukur dan qanaah. Semua yang beliau peroleh tidak menjadikan beliau ingin untuk menjadi pemimpin di tempat lainnya. Karena imej kepemimpinan yang beliau tanamkanlah yang menjadikan beliau selalu dijadikan panutan, bukan karena ambisi pribadi semata. Namun sekarang banyak sekali diantara kita sekarang ini yang menjadikan segala jalan sebagai batu loncatan untuk meraih segala hal. Banyak sekarang kita lihat pribadi kepemimpinan yang selau mengatur dan menganggap musuh orang-orang yang menghalangi jalannya, dan membuat segala tipu daya untuk mnjalankan niatnya. Diantaranya:
a. Bersedia menjadi orang pengkhianat
Berada pada posisi bawah pada kepemimpinan, tidaklah menjadi suatu kesenangan baginya. Bagaiman ia bisa menjadi orang nomor satu, itulah yang dicita-citakannya. Berusaha mencari jalan, membuka jaringan yang menjadi kaki tangan dan sejalan dengan keinginannya sehingga periode mendatang dialah yang terpilih. Melupakan komitmennya dengan bawahannya demi membantu kepemimpinan yang diincarnya. Bahkan walaupun itu berseberangan, ciri-ciri orang seperti ini adalah bersikap egois dan menyalahkan pendapat orang lain.
b. Bersedia menjadi orang yang rakus
Mengecap sedikit nikmat sebagai pemimpin, mungki fasilitas atau berbagai kemudahan lainnya, membuat orang ini selalu melihat ke “atas”, maksudnya tidak pernah puas dan selalu menginginkan lebih. Berusaha mencari posisi agar memantapkan langkahnya untuk bisa meraih posisi yang dia inginkan. Kalau belum bisa menjadi pemimpin disini, jadi bawahanpun dulu tidak apa-apa, lalu mencari dukungan. Tujuannya mencari kekuatan agar bisa bekerjasama dan dipandang.
c. Bersedia menjadi orang yang buta
Orang yang memiliki sifat ambisius akan bersikap masa bodoh dengan apa yang terjadi dan apa yang dilihatnya. Kebenaran bukanlah hal yang penting lagi. Walaupun bertentangan dengan hati nurani, jadi orang yang terlalu ambisius harus melupakan kalau ia pernah menjadi manusia. Karena manusia memilki hati nurani yang masih memikirkan dan peduli dengan keadaan sekitar. Meletakkan kepentingan bersama diatas kepentingan pribadi, bukan menyelipkan kepentingan pribadi diatas didalam kepentingan bersama yang nantinya akan mendominasi. Dan menjadikannya orang yang bertangan besi.
Mungkin masih banyak pelajaran kepemimpinan yang bisa kita ambil dari Rasulullah. Sebagian besar ini sudah diketahui oleh semua orang. Ini adalah sedikit tumpahan kekecewaan saya terhadap yang saya, teman-teman dan sebagian besar yang dialami orang lain yang menjadi korban akibat kembiusan sesseorang dalam kepemimpinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar